Sedikit tergopoh aku
berusaha melayanimu dengan baik, demi membuktikan bahwa aku ingin engkau selalu
berada di sini.
Beberapa saat yang lalu
engkau muncul begitu saja di depan pintu rumah ini, tak ada kabar berita sebelumnya.
Setelah sekian lama engkau lenyap bak tertelan Likuifaksi.
“duh….. dimana gerangan
aku akan mencarimu”, batin ini mulai resah. Terkadang berpikir “apa salah dan
dosa yang kulakukan padamu hingga dikau beranjak dari tempat kita ini, walaupun
yang tumbuh dihalaman rumah kita hanya bunga bakung tanpa anyelir apalagi
melati, tapi ini rumah kita begitu kata ahmad Albar.
Keinginan untuk selalu
bersamamu membongkar masa-masa engkau masih disini, kecerian dan gelak tawa
yang hadir dari tingkahmu. Terkadang memang hadir gejolak ego tapi tidak
sebanding dengan rasa itu ketika engkau ada disini, apakah aku terjebak diruang
nostalgianya Raisa Andriana ?
Biarlah orang berkata
apapun tentang kepergianmu, segala celoteh dan bacotan yang murah meriah hilir
mudik mencoba mempengaruhiku untuk coba melupakanmu. Rindu yang kurasa tak
pernah sehebat rindu ini meski mungkin kau takkan pernah tahu, kata si Once
Dewa
“Tidakkkkkk….” Kataku,
engkau tidak boleh pergi dariku, aku harus menemukanmu dan membawamu kembali,
dengan cara apapun. Meski aku mencari seperti kisah si guru pengganti wei
Minzhi dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, dia kehilangan seorang
siswanya yang berangkat ke kota karena kemiskinan yang hebat di desanya. Zhang
Huike, sang siswa yang menghilang itu akhirnya dapat ditemukan oleh Guru Wei
setelah melalui perjuangan yang begitu mengharu-biru. Kisah NOT ONE LESS inilah
yang kembali memompa rasa rindu ini.
Hari berlalu, berita
darimu tak kunjung kudengar, PING itu semakin menghilang, “mungkin kotak
hitamnya terbenam ke dalam lumpur” begitu penjelasan dari Tim SAR, begitupun
dengan pencarian ini, sinyal-sinyal keberadaanmu semakan redup, apakah harapan
untuk menemukan telah pupus ?
Kini dikau tiba-tiba
hadir didepanku, mulut ini kelu tak mampu mengucap sebait katapun, tapi
lihatlah mataku ini, pancaran kegembiraan itu ada disana. Denyut nadi sedikit
bergejolak, adrenalinpun terpompa, ku ingin segera memelukmu.
Ah…. Tapi engkau
berlalu begitu saja dihadapanku.
Ah… apapun sikapmu saat
ini aku tak peduli, kehadiranmu telah memenuhi ruang rindu ini
Melayanimu sebaik
mungkin adalah prioritasku sekarang, sekejap dihadapan tergelar menu-menu
kesukaanmu.
Duh… bahagianya
Engkau menikmatinya
dengan lahap, bergetar indah kalbu ini, dikau telah kembali sayang, aku begitu
terbuai oleh hadirmu itu, terasa indah dapur kita ini walaupun hanya berupa
siraman semen cair bukan dari batu marmer.
Tiba-tiba engkau
kembali berlalu, tak secuil suarapun keluar dari mulutmu yang indah itu, aku
memanggilmu dengan panggilan kesukaanmu, engkau tetap berjalan tanpa menoleh
sedikitpun seolah engkau berjalan dipadang rumput seorang diri tanpa seorangpun
bersamamu.
Namamu terus terdengar
keluar dari mulut ini, seolah tak seorangpun di sekitarmu, engkau terus berlalu
hingga kegelapan malam kembali menelanmu.
Dikau telah mengoyak
ruang-ruang bahagia yang mulai kususun ulang, apakah aku harus membencimu
karena ini, tidak aku tetap mencintaimu apapun yang telah terjadi.
Aku terjebak di ruang
nostalgiamu…..
MONTU…. MONTU…… MONTU……
Curuke’….curuke’….curuke’…… itulah panggilanku untukmu.
MONTU, memboko inde’ to bale Baulu mukande anna
mupalai ora…
Begitulah para pembaca,
kalau kita memelihara kucing jantan dan tiba musim kawin, maka dia tidak akan
pernah betah tinggal di rumah kita dan selalu berkeliaran hingga berhari-hari.
Untuk kucing kesayanganku : MONTU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar