Wahai Anakku....
Saat itu ibumu masih bermain dengan sang kakak dan tetap melakukan rutinitasnya setiap hari tanpa ada perubahan dari hari-hari sebelumnya. Tanpa disadarinya, pembuluh syaraf, organ pencernaan dan indramu mulai terbentuk.
Beberapa minggu kemudian, ibumu tampak kurang bersemangat, sering merasa kedinginan tapi naluri sebagai seorang ibu selalu hadir dalam hangatnya keluarga, ibumu semakin bertanya-tanya kalau gejala yang dirasakannya memang seperti dugaannya, dan engkaupun berubah sangat cepat, bentukmu sudah menyerupai manusia, jantungmu mulai berdetak, jari-jarimu mulai tampak,tulang mulai menggantikan tulang dada.
Wahai Anakku ....
Dugaan ibumu memang benar, dia tampak sangat menderita ketika mual dan muntah-muntah sepanjang hari, hari demi hari dilalui dengan berbaring di tempat tidur sambil membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Rutinitas kesehariannya kacau balau, bermain dengan sang kakakpun kini tak pernah lagi. Sedemikian parahnya hingga ibumu sempat dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari. Saat itu sistim peredaran dan saluran kencingmu mulai bekerja serta organ reproduksimu mulai berkembang.
Haripun berlalu, semangat ibumu berangsur pulih, muka yang pucat kian berseri, kakak yang beberapa minggu ini merindukan pelukan dan ciuman dari ibu kini dapat merasakannya kembali walaupun hanya sesekali. Ketika itu bentuk kepalamu mulai terlihat, pucuk-pucuk gigi mulai tumbuh dan refleks mengisap serta menelanmu mulai berkembang.
Hari perjanjianmu dengan sang Khaliqpun tiba, hari itu Allah bertanya kepadamu "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" dan engkaupun menjawabnya "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". Ketika engkau menerima persyaratan yang telah ditentukan sang Khaliq, maka ibumupun merasakan kehadiranmu, saat itu rambut dan alismu mulai tampak serta lapisan pelindung verniks menutupimu.
Wahai Anakku ....
Rutinitas ibumu semakin hari kian padat, saat-saat menunggu kahadiranmu sangat menyibukkannya. Anakku, bentuk ibumu sangat berubah, dia makan sedikit tapi sering, berat badannya semakin meningkat. Kala itu sidik jari tangan dan kakimu mulai tampak dan matamupun mulai terbuka
Persiapan ibumu semakin lengkap, semangatnya untuk bekerja di rumah juga makin tinggi. Ibumu sering mengatakan "Banyak menggerakkan badan itu, akan memudahkan dalam persalinan kelak". Pada masa itu engkau mulai mengisap jempol cegukan & menangis, rasa manis dan asam mulai kau kenali, engkau mulai merespon rasa sakit, cahaya dan suara. "Dia menendang" ibumu sering berujar demikian ketika merasakan gerakanmu yang terkadang di sebelah kiri dan sebelah kanan perut ibumu.
Saat otakmu tumbuh pesat dan kebutuhanmu akan kalsium, zat besi, protein makin penting. Organ tubuhmu telah terbentuk dengan baik namun paru-parumu belum cukup matang. Anakku, kakak dan ibumu semakin kompak, mereka sering jalan-jalan ketika pagi dan sore hari, aktivitasnya dirumahpun tak berubah, mencuci piring dan pakaian, memasak, membersihkan rumah, bermmain sama kakak, "Hitung-hitung olahraga", ia sering berujar demikian.
Wahai Anakku...
Aktivitas jalan-jalan pagi dan sore hari ibumu dan kakak semakin sering dan waktunyapun kian lama, sebelumnya mereka hanya keluar sekitar 30 menit tapi sekarang kadang mereka keluar sampai 1 jam lebih. segala sesuatu untuk menyambutmu hampir sempurna. "kapan harinya ibu", beberapa tetangga sering bertanya pada ibumu demikian. Paru-parumu sudah matang 85-95%, engkau tumbuh semakin besar hingga menjadi kurang aktif karena keterbatasan ruang yang engkau miliki.
Malam itu ibumu merasakan sakit yang kadang-kadang muncul, kamipun menuju Rumah Sakit dan menanti kahadiranmu. Malam yang dilalui ibu adalah malam yang serasa sangat panjang. Nak, malam itu ibu tidak tidur, sakit yang dirasakannya sangat hebat hingga sesekali dia menangis, mengerang dan itu dilaluinya semalaman, anakku.
Ketika Adzan subuh berkumandang, tangisan pertamamupun terdengar, tangis haru kami mengiringinya, lepaslah sudah penderitaan ibu (tapi yakinlah anakku dia tidak pernah sedetikpun menyesalinya apalagi mengutuk rasa sakit dan derita yang dialaminya).
Wahai Anakku...
Kini, setelah beberapa bulan kelahiranmu engkaupun semakin lincah, beberapa katapun telah engkau ucapkan dengan sempurna. Engkau jadi bidadari di keluarga ini, anakku.
Semoga engkau selalu menyadari perjanjianmu dengan Sang Maha Pencipta sebelum engkau lahir, maka tugasmu untuk hadir di Bumi-Nya Allah dapat engkau penuhi untuk Beribadah dan menyembah hanya kepada-Nya.
untuk anakku Alzena Badzlin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar