Ringkih...
Mereka menilaimu demikian, itu tidak salah karena yang mereka lihat adalah yang nampak di mata mereka.
Bukan Ancaman...
Bagi mereka Engkau bukanlah apa-apa, jangankan memikul senapan, kedua kakimupun telah goyah menopang tubuh rentamu.
Bukan siapa-siapa...
Memang, dimata mereka Engkau tak berarti, selantang apapun engkau berkoar di hadapan mereka, mereka mendengarnya bagai siuran angin gurun.
Tapi...
Mereka tak mampu melihat jiwa membara dalam tubuh ringkihmu, aliran darahmu memompa lantang, mereka telah mengecil nan kerdil dimatamu
Bukan senapan apalagi baju zirah dari kevlar yang membuatmu tegar dihadapan mereka, tapi keyakinan bahwa inilah puncak bangunan Islam itu yang membawamu mendengus murka dihadapan moncong senapan mereka
Dulu...
Orang-orang yang mengenalmu memang tak seberapa, engkau hanyalah kakek tua dari Shufa
Selembar bendera lusuh tergeletak di tanah.
Duniapun bergemuruh untukmu
Mereka berbisik ke bumi dalam sujud yang panjang
Penuh harap...
Pintu langit merespon
Tangan-tangan mereka memelas, terasa hangat pipi mereka oleh air mata, bibir mereka bergetar, yang terdengar hanyalah nama-nama indah-Mu
Wahai para Mujahid, perdagangan ini telah dimulai