Malam belum begitu larut ketika keriuhan terdengar dari seberang jalan di depan gerbang istana. Beberapa pemuda segera beranjak ke sumber suara, beberapa saat kemudian orang-orang mulai berkerumun menyaksikan seorang gembala ternak kerajaan yang sedang berusaha menangkap seekor sapi yang lepas. Dengan susah payah si gembala berusaha memasukkan tali yang telah dibuatnya sedemikian rupa ke leher si sapi, akan tetapi setiap usaha yang dilakukannya selalu gagal.
Sedikit panik dan raut wajah yang agak ketakutan, dalam hati ia berkata "seandainya sapi ini tidak bisa ditangkap sampai esok pagi, maka pastilah hukuman akan dijatuhkan kepadaku".
"Gniddus, apa yang sedang kau lakukan!" sedikit bentakan dari seseorang yang ternyata adalah pengawal kerajaan yang baru tiba di tepat tersebut.
"Ini tuan, sapi yang paling besar dari tadi mengamuk sampai talinya putus dan terlepas, mungkin ketakutan karena baru saja sampai" sedikit ketakutan si Gembala tadi menjelaskan. Ngiddus si gembala kerajaan yang sudah malang melintang memelihara sapi-sapi milik kerajaan hampir-hampir merasa frustasi akibat ulah si sapi.
Kabar tersiar begitu cepat, seperti angin yang berhembus kencang menyusup masuk ke celah-celah dinding, kemudian kabar sampai ke telinga raja.
"Maaf tuanku baginda Ureh, seekor sapi milik baginda yang terlepas dan belum bisa ditangkap oleh si gembala" seorang menteri melaporkan kejadian kepada Raja Ureh
"Sapi yang mana wahai menteri?"
"Sapi yang paling besar yang Baginda minta dari Kampung Okol"
"Si Gembala harus dapat menangkap sapi itu, karena sapi itu adalah persembahan yang akan kita korbankan esok hari, kalau tidak, maka hukuman akan dijatuhkan!" Raja Ureh bertitah kepada para menterinya, yang membuat hati para menteri menjadi ciut dengan kata-kata hukuman dari baginda raja.
Lingkungan istana benar-benar dibuat riuh, para menteri menghubungi pengawal kerajaan yang terkenal cukup tangkas dalam ilmu-ilmu beladiri dan kanuragan untuk membantu Ngiddus si gembala menangkap sapi yang membuat ulah. Setelah berjibaku beberapa saat, para pengawal kerajaan dibuat pusing karena tak seorangpun yang mampu menngalungkan tali ke leher si sapi. Mereka kelelahan tapi tak seorangpun yang berani berhenti karena takut dengan hukuman dari sang raja.
Merasa kehadiran sapi tersebut besok pagi adalah hal yang sangat penting, maka Raja Ureh pun bergegas memantau langsung ke tempat tersebut diiringi beberapa pengawal kerajaan dan anak semata wayangnya Putri Irat. Di hadapan sang raja, para pengawal kerajaan berusaha dengan sekuat tenaga, namun upaya mereka tak membuahkan hasil. "Harus ada seseorang yang mampu menangkap hewan ini!" demikian baginda bertitah. Putri Irat yang sejak tadi berada di belakang baginda ureh maju beberapa langkah, dia merasa kasihan dengan para pengawal kerajaan dan si gembala yang tak mampu menangkap sapi itu dan mungkin saja esok hari akan dijatuhi hukuman dari sang raja.
"Bagi siapapun yang mampu menagkap sapi milik baginda ini, maka dia berhak meminang aku sebagai calon istrinya" tiba-tiba Putri Irat mengeluarkan pernyataan yang membuat semua orang kaget begitupun juga dengan baginda ureh.
"Putriku apakah engkau telah memikirkan yang engkau katakan?" agak heran sang raja
"Sudah ayah, demi pengabdianku padamu dan kepada kerajaan"
Berita besarpun tersebar ke seantero kerajaan malam itu juga, beberapa pemuda tangkas bergegas ke istana memastikan berita tersebut. Diantara pemuda tersebut yang pertama kali maju ke medan pertempuiran dengan si sapi adalah Rahal, berbekal tali-temali yang sudah disiapkannya ia menghampiri sapi itu dari arah samping dengan hati-hati berusaha memasukkan tali ke leher si sapi, tapi tiba-tiba sapi bergerak cepat menghindari tali dengan memalikan kepalanya ke samping dan berlari menjauh
"Aku harus mendapatkan sapi untuk bisa mendapatkan Putri Irat" dalam hati Rahal membakar semangatnya. Tapi berusaha beberapa kali membuat ia kelelahan dan mengundurkan diri dari pertempuran.
Pemuda berikutnya yang maju ke depan dengan membawa tali andalannya, Nimsak sang pemuda yang ternyata kesehariannya juga adalah penggembala beberapa ekor sapi milik keluarganya.
"Setelah ini saya tidak akan setiap hari bersama sapi-sapi itu, akan tetapi duduk di Istana dengan Putri Irat" Nimsak mulai berkhayal akan apa yang diperolehnya nanti jika berhasil. beberapa kali mencoba teknik yang dikuasainya namun juga tidak membuahkan hasil.
Waktu berlalu, malam semakin larut, gerimispun sedikit menapaki bumi. Seorang pemudapun maju ke depan tanpa membawa bekal temali, dia mendekati Gniddus bercakap-cakap sebentar kemudian mengambil tali dari tangan si gembala, pemuda ini adalah Innuh, dia sering membantu ketika diadakan pemotongan sapi di lingkungan istana, pemuda sudah menjalani pekerjaan ini beberapa tahun sehingga dia cukup lincah menjatuhkan sapi dengan menggunakan tali-talinya. Hanya beberapa saat kemudian si sapi sudah terikat rapi di bawah sebuah pohon.
"wahai pemuda, siapakah namamu dan kau berasal dari mana?" baginda bertanya kepada pemuda ini
"Innuh tuanku, saya dari kampung Ububak"
"Apakah engkau akan menerima penawaran dari putriku?"
"Maaf seribu kali maaf tuanku, saya tidak berani menerimanya" Innuh berjongkok di hadapan baginda raja
"Kenapa wahai pemuda?, apakah karena putriku ini kurang cantik? sedikit heran sang raja
"Tidak tuanku, bagaimanalah keluargaku yang menantiku dan mendapatkan aku tidak kembali kepadanya akan tetapi tinggal di istana dengan Tuan Putri" Innuh sedikit menjelaskan.
"Siapakah keluargamu yang menantimu?, apakah ibumu atau siapa?" semakin heran sang raja
"Anak-anak dan istriku tuan"
"ohhh... begitu, suungguh mulia kesetianmu kepada keluargamu wahai Innuh, aku menghargainya dan menerima alasanmu itu, tapi permintaanku yang satu ini tidak dapat kau tolak innuh!" sabda sang raja.
"Apakah itu wahai tuanku"
" Mulai dari sekarang engkau kujadikan salah satu menteriku yang akan mengurus pertanian dan ternak-ternak di kerajaan" sang raja menutup sabdanya kemudian berlalu menuju istana diiringi putri Irat dan para pengawalnya.
(Hebat tawwa Innuh tidak mau kawin sama putri raja, tapi diangkatji jadi Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan) sebuah cerita di malam Hari raya Idul Qurban