Sabtu, 23 Mei 2015

Mendadak dangdut, yang untung siapa?


Mendadak dangdut, kali ini kita tidak sedang membicarakan film dengan judul yang sama dan dibintangi oleh si cantik dan mantanku Titi Kamal (maksudnya mantan idolaku....he...he..). Tapi mungkin inilah kata yang paling cocok dengan fenomena yang sering kita temui beberapa minggu belakangan ini, bagaimana tidak dari rumpian ibu-ibu rumah tangga sampai ketika waktu istrahat jam kantorpun dangdut, dangdut dan dangdut yang akan masuk menemui gendang telinga kita. Tukang ojek yang sementara tunggu penumpangpun sekarang jadi pengamat dangdut dadakan.
"Suara si Evi yang tinggi sangat tidak cocok dengan lagu dengan irama lembut yang  diberikan oleh juri, seharusnya dia diberikan lagu yang mengebu-gebu" begitu ujarnya. Perdebatan yang lumayan sengit kadang tak terhindarkan hanya karena masing-masing membela idola mereka, tapi sebagian besar tetap mengidolakan peserta yang berasal dari daerah mereka, siapa lagi kalau bukan Evi Masamba.
"lihat nanti,pasti Evi hanya dapat juara kedua bukan karena kualitas suaranya yang tidak bagus tapi karena dia bukan orang Jawa" pendapat salah satu dari mereka yang sedikit rasis.


Berita terakhir yang muncul di media sosial bahwa ada surat himbauan dari Gubernur Sulawesi Selatan yang mengajak kepada masyarakat Sulawesi Selatan untuk mendukung Evi Masamba pada ajang tersebut, menindak lanjuti himbauan tersebut salah satu  bupati pada Kabupaten tetangga konon telah menyampaikan himbauan kepada staf dan seluruh keluarga, camat, kepala desa dan Dinas Pendidikan untuk disosialisasikan ke sekolah-sekolah untuk mengirim SMS dukungan ke Evi Masamba.(waduh .... pak bupati, apa tidak ada urusan yang penting lagi sampai mengeluarkan himbauan resmi, masyakat itu memilih Evi bukan karena himbauan Bapak tapi karena mereka adalah fans fanatik atau keluarga Evi sendiri atau juga para dangdut mania yang memilihnya karena suara yang bagus). Apa Bapak Bupati kita juga mau ikut? saran saya janganlah pak, cukuplah Bapak jadi Bupati kebanggaan Bumi Massenrempulu, janganlah ikut-ikutan menjadi Bupati yang mendadak dangdut.

Masyarakat kita terbawa dengan euforia yang sebenarnya telah di setting oleh pihak indosiar sebagai penyelenggara acara tersebut. Ajangnya memang pencarian bakat dari musik dangdut, tapi ujung yang sebenarnya adalah Rupiah. Yang untung adalah pihak Operator sebagai perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, seperti XL layanan milik PT. Exelcomindo Pratama yang saham mayoritasnya dimiliki oleh Axiata dari Malaysia, Indosat adalah gabungan BUMN Satelindo dan BUMN Indosat tapi saham terbesarnya dipegang oleh Qtel dari Qatar.

Yang juga menikmati uang hasil keringat masyarakat kita yang telah diberikan sebagai tanda bukti cintanya kepada para peserta kontes adalah Content Provider sebagai penyedia isi layanan. Operator dan Content Provider membagi uang pemberian anda berdasarkan kesepakatan mereka misalnya 40:60, 50:50. Misalkan harga SMS Rp. 2.000 : 2 = Rp. 1.000 untuk masing-masing dikali sekian juta masyarakat kita yang menyerahkan uangnya secara sukarela, jadi kira-kira berapa ya pemasukan mereka tiap harinya?

Sementara Indosiar kebanjiran Rupiah dari iklan, bahkan rating Indosiar mampu melemparkan RCTI dan SCTV dari posisi tiga besar berkat bantuan Evi dkk (jadi wajar ya kalau indosiar memelihara Evi dkk dengan baik karena dari merekalah rupiah itu mengalir ke pundi-pundinya Eddy Kurnadi Sariaatmaja dkk). Salah satu penelitian pada tahun 2005 menyebutkan pihak televisi bisa mendapatkan 3 milyar rupiah dari iklan dengan durasi tayang sebuah reality show sekitar 3 jam, itu tahun 2005 yang artinya sepuluh tahun yang lalu. Dan bagaimana sekarang dengan jam tayang dari jam 7 malam sampai jam 2 subuh, berapa yang mereka dapatkan?

Evi Masamba juga tetap menikmati hasil dari kontes tersebut dengan adanya kontrak dengan Indosiar dan tentunya menjadi artis dangdut papan atas indonesia. Sebagai penjual suara tentunya kuntungan Evi dari segi materi nantinya pasti akan lebih dari cukup bahkan mungkin akan bergabung dalam grup sosialita Inul Daratista. Ketika nanti Evi telah menjadi artis terkenal dan mengadakan konser di sekitar kota kita, dan ingin ikut menontonnya tentunya anda harus mengeluarkan uang untuk membeli tiket, anda tidak akan mungkin masuk dengan memperlihatkan jumlah SMS keluar pada handphone anda dan mengatakan pada penjaga pintu yang berkumis tebal, rambut cepak dengan wajah masam "Aku dulu yang mendukung Evi Masamba ketika kontes di Indosiar, ini buktinya"

Jadi, bersiaplah besok pagi untuk berangkat kerja dan memulai usaha anda dan ketika malam tiba serahkanlah uang anda pada mereka?

Eh..... siapa yang matikan itu televisi, Evi belum tampil, kasi nyala ko lagi" dengan nada sedikit berteriak. Sekian